Boophilus microplus

PENDAHULUAN
           
            Permasalahan yang sering menimbulkan gangguan pada sapi adalah serangan caplak. Caplak merupakan salah satu ektoparasit yang terdapat pada hewan ternak dan pada umumnya selalu menimbulkan kerugian, baik secara fisik bagi hewan itu sendiri, maupun kerugian secara ekonomis bagi para peternak. Kerugian-kerugian ini timbul karena umumnya caplak menghisap darah sehingga dapat mengakibatkan anemia, merusak kulit, menimbulkan kegatalan, dan dermatitis. Namun kerugian yang paling utama adalah peranannya sebagai vektor penyakit, antara lain vektor dari piroplasmosis, anaplasmosis dan theileriosis.

            Berdasarkan jumlah induk semang yang ditumpanginya caplak dapat digolong menjadi tiga, yaitu caplak berumah satu, caplak berumah dua, dan caplak berumah tiga. Masalah parasit pada sapi adalah caplak berumah satu yaitu Boophilus microplus. Caplak sapi Boophilus microplus tersebar di Australia, Amerika Selatan, Afrika Selatan, dan Asia. Caplak ini merupakan vektor dari Babesia bigemina, B.bovis dan Anaplasma marginale.
            Hal yang membedakan caplak menjadi tiga golongan terletak pada proses terjadinya siklus hidup. Pada caplak berumah satu, perubahan stadium larva menjadi nimfe, dan nimfe menjadi bentuk dewasa, berlangsung pada tubuh induk semang tanpa jatuh ke tanah. Pada caplak berumah dua, perubahan induk semang terjadi setelah perubahan bentuk nimfe menjadi dewasa. Sedangkan perubahan induk semang pada caplak berumah tiga terjadi setelah perubahan bentuk larva menjadi nimfe dan bentuk nimfe menjadi dewasa.
            Daur hidup caplak dipengaruhi oleh suhu, kelembapan, dan curah hujan. Pada daerah dengan kelembapan tinggi dan curah hujan tinggi, caplak dapat berproduksi terus-terusan sepanjang tahun. Pada suhu 24oC, seekor caplak dapat menghasilkan telur sebanyak 2000-6000 butir. Telur dikeluarkan beberapa kali dan diletakkan dalam satu kelompok besar. Pada suhu dan kelembapan yang sesuai daya tetas telur mencapai 95%.
            Potensi reproduksi yang besar, daya tetas telur yang tinggi, kisaran induk semang yang luas serta relatif bebas dari musuh alam merupakan faktor-faktor yang menyebabkan caplak menjadi vektor dan reservoir Babesia paling potensial di alam.

Tujuan
            Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui akibat dari infestasi Boophilus microplus terhadap kesehatan sapi dan sebagai vektor penyakit lain, serta mengetahui metode  pengendalian yang efektif terhadap infestasi caplak pada sapi.

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi ilmiah
            Kerajaan          :          Animalia
            Filum                :          Arthropoda
            Upafilum          :          Chelicerata
            Kelas                :          Arachnida
            Upakelas         :          Acarina
            Superordo       :          Parasitiformes
            Ordo                :          Ixodida
            Superfamili       :          Ixodidea
Genus              :          Boophilus
Spesies            :          Boophilus microplus

            Caplak adalah jenis kutu hewan yang termasuk ke dalam kelompok laba-laba (Arachnida). Ciri khas caplak adalah bagian kepala, dada, dan perut menyatu, berkulit khitin tebal dan keras, larvanya berkaki tiga pasang, sedangkan nimfa dan dewasanya berkaki empat pasang. Pada caplak jantan, skutum menutupi bagian dorsal. Sedangkan caplak betina skutum hanya menutupi sebagian kecil. Caplak sapi yaitu Boophilus microplus termasuk dalam golongan caplak keras. Pada caplak keras dibagian depan (anterior) terlihat ada semacam kepala yang sebenarnya adalah bagian dari mulutnya/kapitulum, basis kapituli sebelah dorsal yang bersegi enam. Spiralkulum bulat atau oval yang berada di depan atau di samping dari keempat coxae. Kepala dan dada serta abdomen tergabung dalam betuk oval atau elips. Larva berkaki enam, sedangkan nimfa dan caplak dewasa berkaki delapan. Tiap kaki terdiri dari enam bagian ruas kaki, dengan ujung yang terdapat kait. Kelenjar coxae terdapat antara coxae I dan II, yang mampu mensekresikan cairan guna perlekatan pada kulit selama menghisap darah dan ketika kopulasi. Coxae I bercelah dangkal (bifid). Jenis kelamin dapat dibedakan antara jantan dan betina. Pada jantan terdapat lempeng adanal. Pipih dorsoventral dan bagian dorsal cembung dengan empat pasang kaki (dewasa). Organ olfaktori terdapat pada tarsi kaki depan. Tubuh berwarna agak merah dan coklat mahoni. Bagian belakang tubuh tanpa festoon.

Siklus Hidup

            Boophilus microplus mengalami metamorphosis tidak lengkap. Semua stadium menempel pada hewan dan menghisap darah kecuali telur. Daur hidup caplak terdiri dari telur, larva, nimfa, dan dewasa. Dari larva sampai dewasa dapat menempel pada satu individu induk semang. Baik caplak jantan atau betina menghisap darah sepanjang waktu. Setelah kenyang menghisap darah, caplak betina jatuh ke tanah dan kemudian bertelur, caplak betina dapat bertelur sampai 3000 butir pada temperatur 24°C sesudah itu mati. Sedangkan pada caplak jantan akan mati setelah kawin. Telur yang menetas menjadi larva, maka larva tersebut merayap ke ujung-ujung rumput untuk kemudian menempel pada hewan-hewan yang melewatinya. Pada rumput larva dapat bertahan sampai 3 bulan. Kehidupannya terdapat pada dua tempat yaitu kehidupan di tubuh hewan atau disebut stadium parasitik dan kehidupan di luar tubuh hewan yang disebut stadium non parasitik. Kehidupan caplak pada stadium parasitik dimulai dari saat larva menempel pada hewan sampai caplak dewasa jenuh darah (engorged) dan jatuh dari tubuh hewan; sedangkan kehidupan caplak pada stadium non parasitik dimulai dari saat caplak tadi jenuh darah jatuh dari hewan sampai stadium larva generasi berikutnya sebelum menempel pada tubuh hewan. Larva mempunyai 3 pasang kaki, dan tempat yang disenangi caplak bagian leher, dada, dan bagian antara kedua kaki belakang. Caplak lain yang menyerang ternak yaitu genus Amblyomma spp., Dermacentor spp., Haemaphysalis spp., Rhipicephales spp., Ixodes spp. (Ahmad 2004). Umumnya caplak hidup pada kelembaban 40% sampai 80%, suhu dengan 19ºC s/d 40ºC.

Induk Semang
            Umumnya caplak ini terdapat pada ruminansia seperti sapi, kerbau, domba, rusa, dan mamalia lain seperti kuda, keledai, anjing, babi, kelinci, kucing, tikus, kanguru. Selain itu, juga dilaporkan pernah menginfestasi manusia dengan menghasilkan telur yang fertil. Caplak tidak menghisap darah begitu saja dari semua hewan, tetapi mempertimbangkan kepekatan komponen kandungan darah yang dihisapnya, seperti eritrosit dan plasma protein induk semang. Hal ini menyebabkan caplak B.microplus lebih banyak menyerang sapi dibanding hewan lainnya.

Gejala klinis
            Gejala klinis yang nampak akibat infestasi caplak pada ternak adalah kegatalan, kerusakan pada kulit, penurunan kondisi umum dan produksi, serta berat badan yang menurun (Harahap 2001). Hal ini akan merugikan secara ekonomi dan kesehatan ternak. Kerugian akibat gangguan caplak pada peternakan sapi di Amerika Serikat diperkirakan mencapai 60 juta dollar/tahun. Di Indonesia sendiri caplak menjadi masalah pada ternak sapi di daerah Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Aceh, Sumatera, Sumbawa dan Jawa. Cara penanggulangan sementara ini dilakukan dengan akarisida, ivermectin, dan yang masih dalam taraf penelitian ialah obat yang berasal dari tanaman tradisional ekstrak daun tembakau, biji srikaya, dan mimba (Ahmad 2004).

Pengendalian
            Pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengurangi infestasi caplak dalam dilakukan dengan berbagai cara, antara lain secara kimia dengan cara penggunaan akarisida yaitu melalui metode spraying (penyemprotan), dipping (perendaman), pour on (penuangan), jetting (penyemprotan dengan tekanan tinggi), atau dengan backrubber (penggosok punggung). Cara penggunaan akarisida untuk pengendalian caplak berbeda pada setiap negara, misalnya di Australia cara jetting sepanjang punggung dan daerah bahu merupakan cara yang dinilai lebih efektif dibandingkan penyemprotan biasa. Di Selandia Baru dan Inggris digunakan cara dipping, sedangkan di Amerika Serikat, Australia, dan Afrika cara dipping dan spraying digunakan untuk pengawasan sebagian infestasi caplak.
            Selang waktu penggunaan akarisida tergantung jenis caplak yang menginfestasi. Perlakuan terhadap caplak berinang satu diulang selang waktu 2-5 minggu, sedangkan caplak berinang dua atau tiga diulang setiap 5-7 hari. Akarisida yang digunakan untuk penyemprotan adalah Lindane 0,03-0,05 %, Toxaphene 0,5 %, Metoxychlor 0,05 %, Coumaphos 0,125 %, Dioxanthion 0,15 %, Malation 0,5 %, atau Ronnel 0,75 %. Untuk dipping digunakan Lindane 0,03 %, Toxaphene 0,5 %, Coumaphos 0, 125 % atau Dioxanthion 0,5 %.
            Selain itu, larutan akarisida yang digunakan untuk pour on merupakan campuran emulsi akarisida yang pekat dengan minyak disel. Akarisida yang digunakan dengan cara ini antara lain Coumaphos, Fenchlorphos, Fenthion dan Ruelene yang dituangkan sepanjang bagian dorsal punggung dari anterior ke posterior dengan menggunakan gayung atau cawan. Alat backrubber dibuat dari karung goni yang digulung pada rantai besi dan kemudian dialiri akarisida. Akarisida yang biasanya digunakan biasanya bersifat sistemik.
            Selain secara kimia, pengendalian caplak dapat juga dilakukan secara biologi atau biokontrol yang terutama bertujuan untuk mengendalikan populasi caplak seminimal mungkin agar tidak menimbulkan masalah lain yaitu dengan melibatkan caplak lain, predator atau pemangsa, organisme patogen dan spesies tandingan. Sebagai musuh alami caplak, beberapa Hymenoptera kecil seperti Ixodiphagus dan Hunterelus, semut serta burung Bubulcus ibis, Buphagus erythrorhynchus dan B. africanus dapat dilibatkan dalam metode ini.

SIMPULAN
            Caplak berpengaruh terhadap penurunan produksi peternakan melalui perannya sebagai vektor, sebagai contoh kerugian langsung adalah turunnya berat badan, kulit rusak, serta penurunan produksi susu. Pengendalian caplak dapat dilakukan secara kimia maupun secara biologi.

DAFTAR PUSTAKA

 Ahmad RZ. 2004. Cendawan Metarhizium anisopliae sebagai pengendali hayati ektoparasit caplak dan tungau pada ternak untuk meningkatkan produktivitas dan kesehatan ternak. J. Litbang Pertanian. Vol. 14 (2) : 73-78.

Harahap IS. 2001. Aspek Biologis Caplak Sapi Boophilus microplus (Canestrini, 1887) Indonesia dalam Kondisi Laboratorium [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedotern Hewan IPB.

Comments

Popular Posts